• Menjadi partner
  • 0078033212324
  • Kutipan: Pelajari dasar analisa teknik Cryptocurrency dengan tutorial dari Forex4you. Pelajari juga perbedaan jenis analisa dan cara menggunakannya untuk trading Cryptocurrency favorit Anda.

    Cryptocurrency merupakan kelas aset lain dengan potensi besar bagi para trader untuk mendiversifikasi investasi mereka dan memaksimalkan laba mereka. Selama bertahun-tahun, Cryptocurrency telah mendapat banyak daya tarik karena trader-trader bisa mendapat keuntungan dari pergerakan harga naik maupun turun. Saat trading, ada dua jenis metode utama dari analisa yang sangat terkenal diantara para trader dan investor, yaitu analisa teknik dan analisa fundamental. Dua metode analisa ini juga bisa digunakan pada trading Cryptocurrency.

    Analisa fundamental menentukan nilai Cryptocurrency dengan mempelajari dana menganalisa variabel penting dan metriks yang menunjukkan informasi vital tentang crypto yang sedang dikerjakan. Hal ini membantu mengevaluasi prospek Cryptocurrency untuk membantu para trader menentukan apakah layak untuk diinvestasikan. Di dunia crypto, analisa fundamental biasanya digunakan investor jangka panjang yang berniat untuk membeli dan memegang posisinya dalam waktu lama. Strategi trading crypto seperti ini disebut juga dengan HODL.

    Di sisi lain, analisa teknik menganalisa data riwayat harga, untuk memperkirakan pergerakan harga Cryptocurrency dalam waktu dekat dalam dalam jangka panjang. Trader-trader dan investor menggunakan analisa teknik untuk membuat keputusan jangka panjang dan jangka pendek.

    Analisa Teknik Cryptocurerncy: Tentang Apa Semua Itu?

    Analisa teknik mempelajari grafik riwayat dari suatu instrumen dan mengidentifikasi pola-pola berulang. Prinsip dibalik metodologi ini adalah harga crypto sudah merefleksikan semua yang perlu diketahui. Semua hal fundamental, sentimental dan informasi lainnya sudah direpresentasikan dalam pergerakan harga dalan grafik crypto. Karenanya, analis-analis teknik atau trader crypto bisa berfokus pada grafik harga dan bergantung padanya sebagai sumber informasi. Untuk pemula, hal ini mungkin pada awalnya terlihat rumit. Analisa teknik Cryptocurrency utamanya berdasar pada tiga asumsi berikut:

    1

    Pasar mendiskon semuanya

    2

    Harga bergerak dalam tren

    3

    Sejarah cenderung terulang kembali.

    Sama dengan trading Forex atau saham, trader-trader crypto bisa menggunakan indikator matematis, osilator, dan indikator gambar yang bisa membantu membuat keputusan trading.

    Jenis-Jenis Analisa Teknik: Garis Grafik, Support dan Resistance, Pola Harga.

    Trader-trader crypto atau investor yang menggunakan grafik/chart disebut dengan chartist. Biasanya, chartist menggambar garis horizontal atau diagonal untuk mengidentifikasi level atau poin dimana harga suatu aset bisa bereaksi. Ada tiga garis utama yang digunakan, yaitu trendline/garis tren, garis support dan garis resistance.

    Trendline / Garis Tren

    Garis ini merupakan garis diagonal yang mengidentifikasi tren. Saat tren sedang berlangsung, trendline bisa di plot dari dua titik bersama dengan tren dan kemudian di proyeksikan ke masa depan. Biasanya saat harga crypto bergerak mendekati trendline, hal ini bisa bereaksi dalam dua cara. Jika harga memantul (bounce off) dari garis, maka tren biasanya akan berlanjut; tapi jika menembus trendline dalam arah yang berlawanan dengan tren, maka tren akan terjeda, melemah, atau akan terjadi gerakan perlawanan tren.

    Grafik di atas menunjukkan sebuah contoh pasangan mata uang USD Bitcoin, trading pada kerangka waktu harian. Anda bisa melihat dari grafik saat harga Bitcoin turun pada 2018, grafik harga menunjukkan dua titik untuk menggambar trendline menurun—19586 dan 6700. Trendline diproyeksikan ke masa depan untuk membantu mengidentifikasi kapan harga bisa naik kembali. Downtrend ini bertahan selama setahun sebelum akhirnya breakout pada Januari 2019. Sejak breakout tersebut, downtrend berhenti dan harga bergerak naik. Dengan prinsip yang sama. Sebuah trendline juga digambar untuk uptrend yang sedang berlangsung. Jika harga menembus dibawah trendline, harga Bitcoin bisa lanjut 5000 atau bahkan lebih rendah.

    Bagaimana Cara Menggunakan Garis Support dan Resistance?

    Harga crypto dianggap memiliki ingatan. Jika seorang pembeli pada masa lalu tidak bisa mengambil harga melebihi level tertentu sebelum penjual mengambil alih, level tersebut disebut dengan level RESISTANCE. Dengan kata lain, level resistance terjadi pada titik dimana penawaran melebihi permintaan untuk suaru instrument. Level support terjadi saat permintaan melebihi penawaran, maka harga menjadi naik.

    Chartist sering mengidentifikasi level-level ini dengan garis horizontal dan percaya bahwa harga akan bereaksi saat mendekatinya di masa depan. Bisa ada banyak level resistance di atas harga crypto dan banyak level support yang berada di bawahnya. Jika suatu level resistance tertembus ke atas, harga diperkirakan akan bergerak ke arah atas selanjutnya, dan level yang telah tertembus tersebut berubah menjadi level support. Pemahaman yang sama juga dapat digunakan pada level support. Level support yang tertembus ke bawah akan berubah menjadi level resistance dan harga akan semakin turun hingga harga tersebut mencapai level support yang lainnya. Level support dan resistance juga menyediakan zona reversal untuk harga.

    Grafik di atas menunjukkan trading Bitcoin melawan USD dalam kerangka waktu harian. Setelah tren bearish di tahun 2018 mengumpulkan momentum, harga menekan balik pada 5800 di awal Februari (panah merah pertama). Pada akhir Juni dan pertengahan Agustus, harga diuji ulang dan masih didukung/supported. Level harga ini menjadi level support yang kuat dan banyak yang percaya pada saat itu bahwa Bitcin akan mencapai angka 3000 (kembali pada level itu dan memantul/bounce lagi).

    Jika kita kembali ke masa lalu, 3000 awalnya merupakan level resistance yang terbentuk pada 8 Juni 2017. Setelah breakout pada tanggal 4 Agustus 2017, level diuji ulang pada 15 September dan bertahan sebagai level support, dan harga melejit ke level yang lebih tinggi. Angka 3000 kemudian menjadi level support di bawah 5800. Saat harga pada akhirnya tertembus di bawah 5800 pada pertengahan Novermber 2018, harga terus meluncur turun hingga 3100 (sangat dekat dengan 3000). Harga Bitcoin belum menoleh ke belakang lagi sejak pertama kali menembus level resistance 5800 (support yang berubah menjadi resistance) dan mencapai angka sedikit lebih atas dari level resistance 9100 pada akhir Juli 2018 (terbentuk pada akhir Juli 2018). Pada level harga tersebut, chartist akan memperkirakan Bitcoin bergerak mendekat untuk menguji 5800 (yang sekarang menjadi level support). Jika harga menembus ke bawah, maka level support selanjutnya adalah 3000-3100. Namun jika 9100 dijembatani, harga BTCUSD bisa berlanjut ke level resistance selanjutnya pada 9800 dan 11700.

    Mengapa Para Trader Harus Mempelajari Pola Harga Crypto?

    Selama beberapa dekade, setelah ribuan bahkan jutaan jam mempelajari grafik harga, chartis telah menemukan bahwa harga membentuk suatu pola dan pola-pola ini berulang seiring waktu. Jika harga bereaksi dengan cara tertentu pada pola harga di masa lalu, mengapa ia tidak bereaksi dengan cara yang sama di masa depan? Bagaimanapun, aktifitas para partisipan pasar menentukan harga dari suatu instrumen. Manusia biasa bereaksi pada suatu situasi dengan perilaku yang mirip dan hal ini bisa mengukir pola perilaku. Pola perilaku massa dari para trader dan partisipan pasar lainnya juga bisa memberi pola perilaku pada harga.

    Pola-pola ini juga dapat diaplikasikan saat trading crypto. Beberapa dari pola harga ini berisikan pola candlestick dan pola batang, pola grafik seperti segitiga, bendera, pola harmonis, dan pola Elliott wave. Ada banyak metodologi pola harga di luaran sana. Pada contoh di bawah ini, transaksi dengan pola segitiga pada Bitcoin. Mari kita pelajari pola harga ini secara lebih menyeluruh.

    Dari grafik harian BTCUSD di atas, kita bisa lihat Bitcoin menyelesaikan segitiga 10 bulan, yang dimulai pada Februari. Arah breakout dipercaya sebagai arah jangka pendek dari aset. Setelah breakout turun/downside, Bitcoin pada akhirnya mencapai 3100, yang memenuhi ekspektasi pola segitiga.

    Menggunakan Indikator dan Osilator untuk Perdagangan Crypto

    Indikator merupakan alat teknik yang didasarkan pada komputasi matematis dari riwayat harga dan/atau volume untuk membantu menyediakan sinyal beli dan jual untuk memperkirakan pergerakan harga selanjutnya. Indikator bisa membantu mempelajari grafik harga dengan cara yang lebih mudah dikerjakan. Beberapa dari indikatorini membantu mengidentifikasi tren—uptrend atau downtrend. Beberapa indikator digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu crypto overbought atau oversold.

    Dengan kedatangan trading level tinggi, banyak indikator yang telah dikembangkan untuk melayani berbagai macam tujuan. Jenis-jenis yang utama adalah sebagai berikut:

    Tren mengikuti indikator untuk Crypto trading

    Tren mengikuti indikator membantu mengidentifikasi tren yang berlaku dalam kerangka waktu manapun. Contohnya adalah Moving Average yang ditunjukkan pada contoh di bawah ini. Dari grafik tersebut, Anda bisa melihat bahwa pada Januari 2017, harga Bitcoin melewati 100 Exponential Moving Average (EMA), yang mengindikasikan bahwa uptrend akan terjadi. Hal ini benar-benar terjadi dan uptrend berlangsung sepanjang tahun.

    Pada tahun 2018, indikator terjeda/terhenti, tapi ketika harga jatuh di bawah itu, downtrend berlanjut hingga 3100. Indikator juga mengidentifikasi akhir downtrend dan permulaan uptrend baru yang dimulai setelah harga Bitcoin lewat di atas garis Moving Average pada bulan April. Jadi bukanlah sesuatu yang mengejutkan ketika banyak orang yang percaya bahwa Bitcoin akan menjadi Bullish lagi sepanjang sisa tahun 2019.

    Osilator untuk crypto trading

    Osilator biasanya berindeks mulai dari 0 sampai 100. Saat indikator ini membaca angka 25 atau dibawahnya, crypto yang sedang diawasi dianggap oversold (jenuh jual) dan bisa mulai bergerak naik. Sebaliknya, jika indikator membaca angka 75 atau diatasnya, maka dianggap overbought (jenuh beli) dan crypto bisa mulai bergerak turun. Jenis-jenis osilator termasuk di dalamnya adalah Relative Strength Index (RSI), Moving Average Convergence Divergence (MACD), osilalator Stochastic dan masih banyak lagi. Pada grafik di bawah ini kita akan melihat Relative Strength Index (RSI) pada grafik harian BTCUSD.

    Pada akhir 2017, Anda bisa melihat osilator RSI melewati indeks 75, yang memberikan sinyal bahwa Bitcoin akan mulai turun. Pergerakan yang terjadi selanjutnya adalah penurunan yang liar. Pada bulan November/Desember 2018, RSI juga mencapai zona oversold dan mengindikasikan bahwa Bitcoin akan mulai naik. Bitcoin telah berada pada bagian atas sejak saat itu. Pada akhir Mei 2019, Bitcoin menyentuh zona overbought lagi dan harganya mulai melemah, lagi-lagi hal itu telah diindikasikan oleh osilator RSI.

    Indikator berbasis volume untuk crypto trading.

    Indikator berbasis volume digunakan untuk menentukan arah dari suatu instrumen dan kekuatan dari pergerakan harga. Contohnya adalah On-Balance Volume (OBV).

    Kiat-Kiat Analisa Teknik Crypto

    Trading dengan analisa teknik terlihat mudah, namun kenyataannya adalah analisa ini sulit untuk diaplikasikan dan tidak sempurna. Trader-trader crypto harus mengerti fakta ini dan tidak meninggikan harapan mereka atau terlalu antusias. Alat trading dan metodologi ini adalah bagian dari analisa yang membantu mengidentifikasi titik masuk dan titik keluar pada trading crypto dan investasi. Untuk mengefektifkan penggunaan analisa teknik, trader-trader crypto harus mengikuti kiat-kiat berikut:

    1

    Pelajari metodologi trading atau kembangkan dengan kombinasi beberapa alat/indikator yang telah didiskusikan di atas. Oleh karenanya, Anda harus mengerti indikator-indikator ini dan mempelajarinya secara menyeluruh. Sistem trading Anda harus memberi Anda tAnda kapan harus masuk, dimana harus take profit dan menempatkan stop loss. Setiap indikator teknik memiliki pro dan kontranya masing-masing, di satu isi, indikator berbasis tren akan mengikuti tren, tapi terkadang mereka juga tersendat. Di sisi lain, osilator merupakan indikator terdepan, yang terkadang akan bergerak saat harga tetap di samping/sideways atau melanjutkan tren yang sedang berlangsung.

    2

    Uji metodologi teknik yang telah dipelajari dan dapatkan pengalaman dengan memanfaatkan indikator yang digunakan selama setahun. Identifikasi rasio menang/kalah dan asosiasikan dengan rasio risk/reward. Jika berkelanjutan, Anda bisa terus menggunakannya; jika tidak, maka tinggalkan. Contohnya, sistem yang berkelanjutan harus memberi setidaknya 30% kemenangan atau setidaknya 1:2 R/R. Atau setidaknya 60-70% kemenangan dalam 1:1 R/R dari percobaan setidaknya 100 perdagangan.

    3

    Catat metologi Anda dan kembangkan jurnal trading yang bisa membantu Anda melacak performa Anda saat ini.

    4

    Baik menang atau kalah dalam trading, tidak masalah. Teruslah bergerak. Kemenangan trading dan kekalahan trading semuanya adalah bagian dari gambaran besar.

    5

    Displin dan jagalah profil sehat resiko.

    Hal Lain yang Perlu Diketahui Tentang Analis Teknik Crypto

    1

    Tren yang telah lalu atau hasilnya bisa saja tidak memprediksi tren masa depan dengan akurat.

    2

    Sangat mungkin untuk mengetahui perdagangan mana yang akan menang atau kalah sebelumnya.

    3

    Merupakan hal yang normal untuk mendapat kemenangan atau kekalah yang beruntun.

    4

    Menang dan kalah dalam trading memiliki distribusi yang acak dalam rangkaian trading yang banyak.

    Apakah Anda memiliki pertanyaan mengenai dasar analisa teknik untuk trader crypto? Jika ada, bagikan komentar Anda di bawah ini dan kami akan menjawabnya. Untuk pelajaran lebih lanjut mengenai trading crypto atau Forex, kunjungi situs web Forex4you untuk mendapatkan semua pelajaran, tutorial, alat/indikator trading dan masih banyak lagi.

    Artikel terkait